Alkisah, pada suatu hari ada seekor elang yang sedang
mengerami telur disuatu tebing. Namun pada suatu ketika salah satu telur elang
itu jatuh tanpa sepengetahuan induk elang, dan telurnya turun jatuh sampai
akhirnya masuk kedalam sebuah sangkar ayam. Didalam sangkar ayam, kebetulan ada
induk ayam yang sedang mengerami telurnya. Seraya induk ayam itu melihat telur
elang tersebut. Induk ayam berikir bahwa telur itu adalah salahsatu dari
telurnya, lalu induk ayam itu mencoba memasukkan kembali kedalam eramannya.
Singkat cerita, setelah beberapa pekan akhirnya telur-telur yang dierami si
induk ayam menetas. Si anak elang berfikir bahwa induk ayam itu adalah induknya
juga, dan Induk ayam itupun berfikiran yang sama.
Sehingga anak elang tersebut hidup sesuai cara hidup ayam
sampai ia dewasa. Pada suatu hari, tanpa sengaja anak elang itu melihat seekor
elang yang terbang di angkasa. Seketika anak elang itu berfikir dan berkata
kepada anak-anak ayam yang lain, dia bilang: “Enak ya menjadi elang bisa terbang
diangkasa kesana-kemari”. Kemudian anak-anak ayam menjawab: “Dia kan elang
sedangkan kamu hanya seekor ayam, sudahlah jangan mimpi bisa terbang, kamu itu
ayam bukan elang. Pada akhirnya anak elang itu menjadi minder.
Hingga akhirnya, anak elang tersebut membuang jauh-jauh
impiannya dan tidak pernah mencoba untuk belajar terbang. Dan ia hidup dengan
mengikuti cara hidup ayam sampai anak elang tersebut mati. Dan ia mati sebagai
ayam, bukan seabagai elang, yang padahal semestinya ia bisa terbang sesuai dengan
impiannya, akan tetapi tidak ia dapatkan.
Hikmah dari penggalan cerita diatas merupakan isyarat pada
kita agar kita mengubah cara berfikir. Sesungguhnya dirimu seperti apa yang
dirimu pikirkan. Sesuai dengan cerita diatas bahwa elang menginginkan terbang
akan tetapi lingkungan tidak mendukungnya. Sehingga elang itupun berfikir
sesuai lingkungannya sampai mati. Maka solusinya adalah out of the box
artinya keluar dari kotak dengan maksud keluar dari pemikiran semula. Sebagai
manusia kita perlu berfikir luas, kita perlu merubah pikiran karena jika kita
seperti kebanyakan orang maka kita sering melakukan apa yang orag lain lakukan.
Dalam Hadits Qudsi disebutkan Allah sesuai dengan prasangka
hambanya. Sehingga kita perlu berfikir positif agar dapat mencapai cita-cita.
Sebagai contoh anak elang yang dibesarkan ayam yang memiliki impian ingin
terbang. Sesuai dengan yang diucapkan anak ayam pada anak elang tadi.
Bermulanya ucapan adalah pada hati, gudangnya adalah
pikiran, penguatnya adalah akal, pengungkapnya adalah lisan, jasadnya adalah
huruf, ruhnya adalah makna, hiasannya adalah padanan kata dan aturannya adalah
kebenaran. Pengaruh ucapan pada pendengar tergantung pada hati pembicara.
Jika ucapan tersebut muncul dari jiwa yang kuat, maka akan
memberikan kesan yang kuat. Dan jika muncul dari jiwa yang lemah, maka akan
memberikan kesan yang lemah. Oleh karena itu sebelum berbicara setiap orang
harus memperhatikan keadaan jiwanya agar kalimat yang ia ucapkan muncul dari
jiwa yang tenang (sakînah), sehingga ia dapat berbicara kepada temannya dengan
lemah lembut, dapat merebut dan menyenangkan hatinya, dan tidak membuatnya
marah.
Oleh karenanya, mari kita perbaiki hati agar pikiran kita
terjaga. Sehingga kita menjadi bernilai dihadapan orang lain sesuai dengan
kemampuan kita. Wallahu a’lam…
0 komentar:
Posting Komentar